Sabtu, 13 Juli 2013

Zeitgeist


Gue sedikit ngerti perasaan orang-orang yang Atheis, atau agnostic, atau yang menyandarkan semua kehidupannya pada teknologi atau ilmu pengetahuan seperti Scientology atau perkumpulan sekuno Illuminati dan Freemason. Kalau gue percaya dengan kisah Zetgeist ini, gue berpikir Agama adalah benar-benar sebuah Budaya, dan Mitos. Berapakalipun gue berpikir dari jaman gue kuliah mengenai agama, secara logis gue selalu berujung pada pemikiran ini. Budaya. Dan Mitos. Dan setelah gue nonton Dokumenter Zetgeist ini, rasa penasaran gue bertambah. Walopun setelah memahaminya lebihi dalem  ga ngejadiin gue berubah paham. Gue tetep meyakini Islam sebagai agama terbaik.


The thing is, mungkin orang-orang yang tidak memilih beragama berpikir logis sama seperti apa yang gue pikirin sekarang. Kalau gue telen mentah-mentah informasi kaya gini, mungkin gue juga bisa jadi salah satu dari mereka. Tapi yang gue yakini, hal-hal yang bersifat spiritual seperti ini ga bisa dipikirin secara logis. Modal lu cuman satu, percaya. Dengan itu lu bisa yakin dan mengimani.

Begitu banyak tokoh-tokoh peradaban Mesir yang merupakan Budaya tertua di dunia menyerupai Tuhan-tuhan di berbagai agama di dunia. Cerita-cerita mereka, karakteristik mereka, mirip dengan Dewa Matahari zaman Mesir, Horus. Khrisna di India, Attis dan Dionysus di Yunani, Mithra di Persia. Mereka sama-sama dilahirkan dari seorang perawan tanggal 25 Desember, punya 12 pengikut atau murid, mati selama tiga hari dan kemudian bangkit lagi. Beberapa diantara mereka merayakan hari keagungan mereka di akhir minggu. Dan yang mengejutkan gue, Yesus tuhan umat kristiani pun demikian.

Gue bukan offence sama umat kristiani. This is based on video called Zetgeist. You’d better watch it and think. But please don’t believe it. Karena kitapun ga tau siapa yang membangun sejarah Mesir. Walaupun ada yang menyebutnya: “Setanlah yang membuat karakter Yesus sebelum kelahirannya.” Well, who knows.

Yang ada dipikiran gue dari dulu mengenai Kristen, adalah ajaran mereka ga beda jauh dengan kita, Islam, karena mereka berakar dari pendahulu-pendahulu kita yang sama, terutama Nabi Isa. Dan gue pikir pengikut Kristen stuck sampai disitu tanpa menghiraukan bahwa masih ada Nabi terakhir, Muhammad SAW, yang membawa wahyu yang disempurnakan dari kitab-kitab sebelumnya, Al-Quran. Gue ga pernah berpikir kalau Kristen adalah Copy-an budaya Mesir pemuja matahari. Tapi karena gue baca serie-nya Michael Scott, dan beberapa cerita Mesir yang gue tau, segala sesuatunya terasa make senses. Umat Kristen mungkin punya segudang teori buat ngebantah pemikiran gue ini. Tapi ya, seengganya itu yang ada di otak gue yang dangkal ini. Gue juga gam au terlalu tau teorinya. Takut-takut malah gue beralih paham.

Well, Itu yang gue pikirin ampe gue nonton video ke-4. Video ke 5-9 nyeritain tentang tragedy 9/11 yang merupakan konspirasi Amerika sendiri. Video ke 10, nyeritain perang, mata uang, Uni Amerika, Uni Eropa, Uni Asia, dan Uni Africa yang bakal bersatu dan melakukan one world government, dan nanemin microchip di badan kita. Di akhir video entah berapa kali videonya nayangin mata satu berkedip ampe gue pusing karena terlalu sering dan banyak. Pikiran gue balik lagi ke Konspirasi Freemason dan Illuminati and so on and so on tentang cerita One Seeing Eye-nya. Cerita-cerita microchip ini yang bikin gue inget buku yang gue baca mengenai konspirasi Yahudi, Freemason, dan illuminati, diceritain sama orang Indonesia, yang jalan ceritanya ga beda jauh sama video ini. Jadi plotnya seolah-olah ngasih tau kebusukan mereka, kebusukan Amerika dan semua dalang-dalangnya, kebusukan para konspirator-konspirator dunia yang bakal menguasai dunia, but finally in the end they just indoctrinate or force us into something, I don’t know. Something big. Alurnya sama banget dengan artikel-artikel yang gue baca mengenai konspirasi. Enek dah dengan ilusi-ilusi seperti ini,


And yes, thinking of these abstract stuff is a waste of time. Gue dulu Cuma suka aja cerita yang didasarkan pada fakta, ada buktinya, dan logis. Tapi dari mana kita tahu fakta itu benar adanya? Mungkin hanya di buat logis. Bahkan ketika fakta-fakta itu ada di media massa, media cetak, atau media apapun, gue ga bakal terlalu perrcaya. Trust me, media is a scary thing you have to live with.

Tidak ada komentar: