Mungkin belakangan ini, kehidupan gue dipenuhi dengan
aroma-aroma picisan yang udah lama ga gue hirup karena, I, literally, avoided it, intentionally. Kenapa? Karena gue merasa
sedikit banyak itu bakal ngeganggu ketenangan hidup gue yang udah gue balikin
dari kegelisahan-kegelisahan malam gue, dalam waktu yang lama. And yes, it’s proved.
Kemarin gue baca blog-nya Dedy something. Sori lupa karena gue ga kenal. Gue liat dia share dan masuk ke gmail gue. And worth it to read because, mungkin
gue alamin saat ini.
Soal jodo katanya. Kata-kata positif yang bias gue ambil
adalah, sebagai jomblo, Tuhan memberikan waktu buat kita buat ngedesign jodoh
kita buat diri kita, via diri kita. Nice
words, I think. Katanya jodoh kita adalah cerminan dari diri kita. Gue
sering denger orang tua gue bilang, kalau kita gaul di masjid, jodo kita orang yang
suka diem di masjid. Kalo kita gaweannya dugem, ketemu jodohnya yang suka dugem
juga. The point is, kalau kita baik,
jodo kita baik. And vice versa.
Nah, saat jomblo, kita diberi waktu buat memperbaiki diri
kita, biar kita dapet jodo yang baik juga. Gue dulu suka agak envy juga sama temen-temen yang pacaran,
gandengan tangan, giving and receiving
attention, facing everything together, seolah-olah apapun bisa dihadepin
kalau berdua. Gue liat beberapa temen gue malah udah ga peduli sama temennya
sendiri, yang penting berdua. Tapi yang paling gue seneng dari orang yang
pacarannya bener, they complete each
other, like a friend. Sekarang, para jomblowan/wati mungkin punya alasan
yang tepat buat kejombloan mereka. God
gives us time :D
But guys, apa yang
gue alamin di dalam suatu hubungan ngebantu gue juga buat menemukan jodo yang
baik. Lo punya pelajaran yang bisa lo inget dan lo pegang saat lo nyari the better person for your life.
Relationship makes us
growing up. Salah satu yang bikin kita dewasa, menurut gue, adalah how we deal with other people, yang
salah satunya adalah pasangan kita. Mungkin ini yang paling nguras otak dan
perasaan kita. Ngadepin pasangan kita yang yang suka boong misalnya, cuek, suka
ngedrugs, ngambekan, cemburuan, tukang berantem, yang selalu ngomongin
mantannya, ato hal-hal yang bikin lo harus naikin tingkat kesabaran lo ke
level, paling tinggi. Maybe growing up is
about being patience, and wise. Mungkin. Tapi gue ga tau itu ada batasnya, or maybe limitless.
Siapa yang ga mau dapet jodo yang baik. Imannya, usahanya,
tampangnya, perilakunya, keluarganya, atau semua kebaikan yang menempel di diri
manusianya. Temen gue di kantor selalu bilang, “minta yang paling baik sama
Allah. Berdoa setinggi-tingginya. Jangan minta yang biasa-biasanya aja. Jangan
minta sedikit. Minta yang banyak.” Lo ga mau ngehabisin hidup lo bersama orang
yang ga bisa apa-apa kan? Bersama orang yang ga bisa ngasih lo kebahagiaan
hakiki, ngasih lo ketentraman jiwa? Such
a waste of time. Hidup lo harus hidup. Cita-cita tertinggi umat manusia
adalah kebahagiaan. Orang bahkan rela menderita untuk menjadi bahagia. Stupid words, huh? Not at all.
Gue sekarang lagi ngaca. What
kind of person am I? Apa pasangan hidup gue nanti bakal tukang marah dan
ngeluh kaya gue? Apa bakal semalesan gue? Lo mau gitu ri? Ya dan Engga. Disatu sisi
manusia ga sempurna. Disatu sisi lo pengen yang terbaik buat lo. Jadi gimana? Jadilah
orang yang berkualitas supaya lo dapat orang yang berkualitas pula. Orang berkualitas,
ukuran yang gue bikin sendiri, mampu memperbaiki diri dan menutupi
kelemahan-kelemahan dirinya sendiri, dan diri pasangannya. So do you.
Lagipula, katanya,
life is not about love. Janganlah kalian terlalu mengagungkan cinta, gue
denger. That’s a piece of a thousand abstract
stuff in the world. But indeed it can
change your life. Jadi para jomblo di dunia, there so much things in this world yang lebih penting diurusin
daripada meratapi kejombloan kalian dengan update-update meme menyedihkan. Jodo
ada yang ngatur, they said.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar