Jumat, 11 Oktober 2013

Hey, Freedom! (2)


\Gue sedikit tergugah dengan tweets @benhan mengenai UU ITE tentang pencemaran nama baik. Walapupun gue dulu pernah ngepost soal sampai mana kebebasan kita berpendapat, bertindak sebagai masyarakat Negara demokrasi, gue ngerasa untuk yang satu ini kita perlu benar-benar bebas, karena tujuannya baik.

Katanya, di Amerika, freedom of speech dilindungi konstitusi. Orang-orang ga bisa dituntut apalagi dipenjaran hanya karena pendapatnya. “Menurut Supreme Court US, freedom of speech akan membuat sebuah bangsa menjadi lebih besar. Karena kritik akan mengarah pada perbaikan diri. Kritik, walaupun memuat penghinaan, bagi mereka akan memperbaiki bangsa secara keseluruhan, dijadikan cambuk untuk terus memperbaiki diri.” (@benhan)

Make sense. Gue setuju-setuju aja kalau mengarah pada perbaikan diri, mengarah pada tujuan yang baik. Masalah kesinggung dengan hinaan atau kritikan itu masalah personal. Masalahnya, mungkin, para pejabat di Negara kita adalah mungkin orang-orang yang sensitif. Udah tau gitu mereka main internetan, dimana yah, seperti dunia tanpa batas. Gue dulu pernah denger “kalau ga mau sakit hati, jangan berurusan dengan percintaan” because nothing last forever, because it wouldn’t last and so on and so on. Mungkin sama halnya dnegan ini. Kalau ga siap dengan kritikan pedas, hinaan, atau apapun itu mereka sebut, yang jangan mainan yang beginian. Atau mungkin tepatnya, kalau ga siap dikritik ya jangan jadi pejabat atau menteri atau perwakilan rakyat apapun, yang notabene pasti bakal di judge no matter right or wrong they behave.
Atau, mungkin masalahnya adalah mungkin bangsa kita ga mau memperbaiki diri. Bangsa yang berteriak-teriak mengenai Hak asasi, moralitas dan religiusitas, but act nothing.

Well, memang demokrasi di Negara kita dan di Amerika berbeda. Tapi untuk tujuan yang baik kenapa engga? Jangan sampai UU ITE ini menjadi bentuk lain dari pembukaman jaman orde baru. They, the placemen, have more important issues to be solved than wasting time in court shouting about how broken heart they could be because of criticism. Sounds like a looser, I think. No, sounds like a sensitive man. Ah ya, this is Indonesia, the place where people are sensitive.  

By the way, gue jadi ngeri-ngeri gimana juga sik ngomongin beginian. Takut-takutnya ada yang ga enak terus gue dijeblosin ke penjara. Tapi ga apa-apa juga sik. Selagi Harvey Specter sama Mike Ross masih jadi lawyer. Gue dengan senang hati maju ke Meja hijau.

Well, gue bukannya mau mengesampingkan perasaan orang yang di kritik. Mau bagaimanapun, kita, mereka, semua manusia yang punya perasaan. But. Let’s be a better man. Maksud gue, kalau korban perasaan bisa bikin perubahan untuk orang banyak, which is a good thing to do, a good deed God will count, kenapa kita harus egois untuk kebahagiaan individu? Yang kita tau ga ada yang namanya kebahagiaan Individu. Kebahagiaan 100% bersifat relasional, Ura Karma said.


Tidak ada komentar: