Selasa, 31 Mei 2011

memang karena aku yang bodoh

kupikir kamu akan mencoba...
kupikir perasaan itu tidak hanya sesuatu yang dangkal yang kamu rasakan
kupikir itu adalah sesuatu yang dalam, sedikit dalam mungkin, yang setidaknya bisa memberikanku sedikit harapan untuk membuka kembali pintu, jendela, pentilasi udara, yang sudah lama tertutup rapat..

aku lelah menunggu...
sampai-sampai rasanya tidur di kasur yang paling empuk sekalipun tak akan membuatku tertidur lelap. melahap coklat dan menikmati kopi dipagi hari pun tak membuatku bergairah melangkahi setiap jalan yang kupijak. aku bosan. sampai rasanya ingin menari-nari, menyanyi, dan berteriak, mengatakan bahwa sesungguhnya perasaan ini benar-benar tak bisa diraba oleh logika.tak bisa dijelaskan.

kenapa aku harus tahu, saat sebenarnya, kamulah yang lelah menunggu.
apakah lelah?
karena setiap sel dalam otak ini menentangnya, bahwa sesungguhnya kamu hanya tak benar-benar menginginkannya...

atau memang karena aku yang bodoh...
mengorbankan apa yang aku inginkan, hanya untuk melihat, sesuatu yang tak logis...
kamu

Selasa, 24 Mei 2011

sampai kapanpun, akan tetap klise

lagi, menceritakan hal-hal yang klise selalu saja menggelitiku. bukan karena aku tak percaya mimpi, atau karena aku terlalu realistis melihat setiap celah keadaan, bukan karena aku meremehkan setiap kekuatan yang lahir dari sebuah "mimpi", atau karena aku yang skeptik.

mungkin hanya sekedar cara pandang.

mungkin ini yang membuatku selalu berjalan ditempat, tanpa mengindahkan nikmatnya bermimpi, menggapainya, dan menyadari bahwa setidaknya bermimpi membuatmu sedikit senang, bahagia, berharap, dan kuat. aku tak pernah merasakan begitu menginginkan sesuatu yang membuatku mati-matian mengejarnya, karena orang bilang "mimpi" itu adalah tujuan hidupmu.

aku sedikit banyak memikirkan, betapa mimpi-mimpi yang klise itu, yang pernah kumiliki tapi sekian kali hancur itu, dapat membuat orang menjadi kuat, dan lemah. lemah karena selalu berpikir bahwa hidup itu manis, indah, dimana kamu selalu bergandengan tangan dengan sahabat-sahabatmu, menyanyikan lagu favorite sambil kamu bercerita. mereka akan ada saat kamu sedih, menolongmu, menemanimu. mereka punya mimpi. yang dengan riang gembira akan mereka raih bersama-sama. klise, bukan?

rasanya seperti cerita seseorang yang sombong, yang tidak puas dengan kehidupan yang dijalaninya , yang selalu melihat dunia nyata dengan "nyata". ya, itu aku.

tapi aku menemukan diriku yang kuat, karena untuk kesekian kalinya mimpiku yang klise itu hancur. mimpi itu selalu terhenti. dan aku selalu tak mau mencari jawaban kenapa, atau menerima bahwa itu memang bukan jalannya, bukan pada waktu dan saat yang tepat, dan mungkin karena Tuhan belum mengizinkannya.  yang kulakukan hanya, memandang mimpi itu klise, dan akan selalu menjadi klise, sampai kapanpun.

Sabtu, 21 Mei 2011

kegelisahan ini tak terdefiniskan

Ada banyak hal yang bisa membuatmu tak mengerti, walaupun dijelaskan berkali-kali, walaupun dirasakan sampai terasa sakit, walaupun kamu pergi ke psikiater untuk berkonsultasi, walaupun kamu menggenggam dunia dengan kepintaranmu.
Hal-hal yang tak kasat mata, yang tak bisa dipikirkan dengan akal logismu.

Rasanya memang sudah tak bisa berpikir logis.

Berpikir sedikit saja tentang sesuatu yang lebih penting dari hanya sekedar musik, atau bola, buku, atau menyalakan tv. Adakah yang lebih penting dari berpikir logis? saat perasaanmu benar-benar tak bisa dikendalikan dengan apapun yang kamu miliki, saat kecemburuan tak berdasar, rasa memiliki yang memaksa, bahkan hal yang terbodoh yang pernah kamu rasakan, rindu.

Perasaan itu hanya sebuah "perasaan". Abstrak. Tak tersentuh. Bahkan saat kamu mencoba untuk menghalaunya dengan menjerit, membenturkan kepalamu, menusuk tanganmu, menggenggam gitarmu hanya untuk membenturkannya ke tembok. Apa serpihanya membuatmu bisa merasakan "perasaan" itu?

Ini gila...
Kegelisahan ini tak terdefiniskan

Sesuatu yang sama-sekali tak pernah terpikirkan akan datang untuk merobek hatimu, Seandainya kamu tau jika perasaan itu memang tepat ada disana.


Selasa, 03 Mei 2011

It wouldn't last forever..

You are my North, my South, my East, my West,
my working weeks and my Sunday rest,
my noon, my midnight, my talk, my songs...

I thought that love would last forever:
I was wrong...