Gue sedikit ngerti perasaan
orang-orang yang Atheis, atau agnostic, atau yang menyandarkan semua
kehidupannya pada teknologi atau ilmu pengetahuan seperti Scientology atau
perkumpulan sekuno Illuminati dan Freemason. Kalau gue percaya dengan kisah
Zetgeist ini, gue berpikir Agama adalah benar-benar sebuah Budaya, dan Mitos.
Berapakalipun gue berpikir dari jaman gue kuliah mengenai agama, secara logis
gue selalu berujung pada pemikiran ini. Budaya. Dan Mitos. Dan setelah gue
nonton Dokumenter Zetgeist ini, rasa penasaran gue bertambah. Walopun setelah memahaminya lebihi dalem ga ngejadiin gue berubah paham. Gue tetep meyakini Islam sebagai agama
terbaik.
The thing is, mungkin orang-orang
yang tidak memilih beragama berpikir logis sama seperti apa yang gue pikirin
sekarang. Kalau gue telen mentah-mentah informasi kaya gini, mungkin gue juga
bisa jadi salah satu dari mereka. Tapi yang gue yakini, hal-hal yang bersifat
spiritual seperti ini ga bisa dipikirin secara logis. Modal lu cuman satu, percaya.
Dengan itu lu bisa yakin dan mengimani.
Begitu banyak tokoh-tokoh
peradaban Mesir yang merupakan Budaya tertua di dunia menyerupai Tuhan-tuhan di
berbagai agama di dunia. Cerita-cerita mereka, karakteristik mereka, mirip
dengan Dewa Matahari zaman Mesir, Horus. Khrisna di India, Attis dan Dionysus
di Yunani, Mithra di Persia. Mereka sama-sama dilahirkan dari seorang perawan
tanggal 25 Desember, punya 12 pengikut atau murid, mati selama tiga hari dan
kemudian bangkit lagi. Beberapa diantara mereka merayakan hari keagungan mereka
di akhir minggu. Dan yang mengejutkan gue, Yesus tuhan umat kristiani pun
demikian.
Gue bukan offence sama umat
kristiani. This is based on video called Zetgeist. You’d better watch it and
think. But please don’t believe it. Karena kitapun ga tau siapa yang membangun
sejarah Mesir. Walaupun ada yang menyebutnya: “Setanlah yang membuat karakter
Yesus sebelum kelahirannya.” Well, who knows.
Yang ada dipikiran gue dari dulu
mengenai Kristen, adalah ajaran mereka ga beda jauh dengan kita, Islam, karena
mereka berakar dari pendahulu-pendahulu kita yang sama, terutama Nabi Isa. Dan
gue pikir pengikut Kristen stuck sampai disitu tanpa menghiraukan bahwa masih
ada Nabi terakhir, Muhammad SAW, yang membawa wahyu yang disempurnakan dari kitab-kitab
sebelumnya, Al-Quran. Gue ga pernah berpikir kalau Kristen adalah Copy-an
budaya Mesir pemuja matahari. Tapi karena gue baca serie-nya Michael Scott, dan
beberapa cerita Mesir yang gue tau, segala sesuatunya terasa make senses. Umat
Kristen mungkin punya segudang teori buat ngebantah pemikiran gue ini. Tapi ya,
seengganya itu yang ada di otak gue yang dangkal ini. Gue juga gam au terlalu
tau teorinya. Takut-takut malah gue beralih paham.
Well, Itu yang gue pikirin ampe
gue nonton video ke-4. Video ke 5-9 nyeritain tentang tragedy 9/11 yang
merupakan konspirasi Amerika sendiri. Video ke 10, nyeritain perang, mata uang,
Uni Amerika, Uni Eropa, Uni Asia, dan Uni Africa yang bakal bersatu dan
melakukan one world government, dan nanemin microchip di badan kita. Di akhir
video entah berapa kali videonya nayangin mata satu berkedip ampe gue pusing
karena terlalu sering dan banyak. Pikiran gue balik lagi ke Konspirasi
Freemason dan Illuminati and so on and so on tentang cerita One Seeing Eye-nya. Cerita-cerita microchip ini yang
bikin gue inget buku yang gue baca mengenai konspirasi Yahudi, Freemason, dan illuminati,
diceritain sama orang Indonesia, yang jalan ceritanya ga beda jauh sama video
ini. Jadi plotnya seolah-olah ngasih tau kebusukan mereka, kebusukan Amerika
dan semua dalang-dalangnya, kebusukan para konspirator-konspirator dunia yang
bakal menguasai dunia, but finally in the end they just indoctrinate or force
us into something, I don’t know. Something big. Alurnya sama banget dengan
artikel-artikel yang gue baca mengenai konspirasi. Enek dah dengan ilusi-ilusi
seperti ini,
And yes, thinking of these
abstract stuff is a waste of time. Gue dulu Cuma suka aja cerita yang
didasarkan pada fakta, ada buktinya, dan logis. Tapi dari mana kita tahu fakta
itu benar adanya? Mungkin hanya di buat logis. Bahkan ketika fakta-fakta itu ada
di media massa, media cetak, atau media apapun, gue ga bakal terlalu perrcaya.
Trust me, media is a scary thing you have to live with.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar